Buya Dt. Palimo : Lidah Menyusun, Tangan Merusak
Kamis, 13 Juni 2019
MUISUMBARORID -- Islam Nusantara ketika menyatakan diri dengan sifat "washatiyyah" yang mereka terjemahkan dengan "moderat" maka yang muncul adalah sinkritisme dan juga mencari-cari pendapat ganjil demi memenuhi pesanan sekelompok orang yang sedang memegang kekuasaan dan kekayaan. Islam Nusantara ketika menyatakan diri dengan sifat "toleran" maka yang muncul adalah permusuhan terhadap ajaran Islam yang mereka sebut "kearab-araban" dan tuduhan liar kepada kelompok atau siapa saja yang tidak sefaham dengan mereka dengan "intoleran", "wahhabiy" bahkan "teroris". Islam Nusantara ketika menyatakan diri dengan sifat "damai" maka yang muncul adalah menyebarkan tuduhan "perusuh" dan "garis keras" kepada siapa saja yang tidak sependapat dengan kebijakan penguasa bahkan tuduhan makar pun bagaikan label murah yang bisa ditempelkan kemana-mana. Susunan pernyataan mereka yang tak seirama dengan sikap dan prilaku tersebut, sebenarnya sudah diperingatkan oleh Allah swt melalui firman-Nya tentang mereka yang mahir menyusun kata untuk memikat rasa namun nihil dalam realita: {وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ} [الشعراء : 226] Hanya saja ada yang mereka lupakan yaitu: Mereka bermain kata dengan sebagian orang yang telah terlatih membaca "Kilek camin lah ka muko, kilek baliuang lah ka kaki". Karena itu, ketahuilah wahai penganut dan pembela Islam Nusantara: "Kami tak akan biarkan jalan dialieh urang lalu, cupak dipapek rang panggaleh". Sumber: Rahmat Ilahi (Rijoe)
|
Lainnya :