MUI Sumatera Barat
Berita

Cerita Penolakan Super Blok Siloam di Masa Ketum MUI Sumbar Buya Syamsul Bahri Khatib

Jumat, 30 April 2021
Buya Syamsul Bahri KhatibBuya Syamsul Bahri Khatib

MUISUMBAR.OR.ID -- Buya Syamsul Bahri Khatib lahir di Jorong Sikaladi Kewalian Pariangan, kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Dirinya lahir pada menjelang subuh, waktu fajar, hari Senin tanggal 23 Syakban 1363 H, atau bertepatan dengan tanggal 13 Agustus 1944, setahun menjelang kemerdekaan Republik Indonesia.

Nama Syamsul Bahri diberi ayah beliau, Husin gelar Labai Marajo Tuangku Imam Nagari Sikaladi. Adapun sang ibu bernama Rajinah. Syamsul Bahri Khatib kecil merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara, yang tua nama Hj.Nurimah, kedua Raudatunnur, ketiga H. Harawi gelar Datuk Barbangso, keempat Bayanullah Pakih Mangkuto, kelima Syamsul Bahri gelar Khatib Bangso Rajo, keenam Syahminan gelar sutan Panghulu dan ketujuh Dra.Hj.Inayah,MA.

Tingkat keilmuan yang mendalam dengan jam terbang tinggi di dunia dakwah pada masyarakat serta merta menjadikan Buya Syamsul Bahri Khatib populer dan dikenal banyak orang. Beliau begitu dikagumi akan kedalaman ilmu keramahan dan kesalehannya dalam keseharian. Maka tidaklah aneh apabila beliau selalu diminta oleh berbagai pihak untuk menjadi pembicara dalam berbagai aktivitas dakwah masyarakat maupun kalangan pemerintahan. Beliau juga sering diminta memimpin berbagai lembaga sosial keagamaan di mana yang paling penting dan terbesar dalam kiprah beliau adalah menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat periode 2010-2015, menggantikan ketua MUI sebelumnya Prof. Nasrun Haroen.

Proses terpilihnya Buya Syamsul Bahri Khatib pada tahun 2010, berlangsung secara normal, dengan kata lain melalui prosedur keorganisasian yang lazim seperti organisasi sosial keagamaan lainnya. Prosedur tersebut dimulai dengan dilaksanakannya Musyawarah Daerah MUI Sumbar yang ke-8 pada Januari 2011. Di antara proses pemilihan dalam Musda tersebut adalah dengan dibentuknya tim formatur yang terdiri dari unsur pimpinan MUI Sumbar, perwakilan dari MUI pusat dan sejumlah ketua MUI kota kabupaten di Sumbar (yang dipilih sebagai formatur sebelumnya, di mana salah satunya adalah Buya Khatib yang saat itu masih sebagai ketua MUI Kota Padang). Tim tersebut ditugaskan melakukan musyawarah untuk menentukan sosok ketua MUI yang baru. Kemudian setelah melakukan musyawarah, formatur akhirnya sepakat untuk memilih Buya Syamsul Bahri Khatib sebagai ketua MUI Sumatera Barat periode 2010-2015.

Beberapa persoalan umat yang dihadapi selama menjadi ketua MUI Sumbar
Sebagaimana ketua-ketua MUI Sumbar sebelumnya, Buya Syamsul Bahri Khatib harus menhadapi sejumlah peristiwa terkait umat yang muncul pada periode 2010 hingga 2015. Berikut ini, ada beberapa masalah penting tersebut adalah;
Kasus Rumah Sakit Siloam
Menjelang perengahan tahun 2013, masyarakat Sumatera Barat dihebohkan dengan rencana pembangunan super blok di kawasan Khatib Sulaiman oleh perusahaan raksasa Siloam. Kelak superblock tersebut akan berdiri komplek Rumah Sakit skala Internasinal, Pusat Perbelanjaan megah dan Lembaga Pendidikan. Ditinjau dari sudut ekonomi, keberadaan komplek megah tersebut tentu akan menambah lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas prasarana kesehatan bagi masyarakat. Akan tetapi, beberapa kalangan masyarakat dan kalangan MUI Sumbar sendiri prihatin perihal kemungkinan target keberadaan komplek tersebut lebih dari sekedar urusan bisnis, namun lembaga tersebut diketahui punya track record yang kuat dalam aktivitas misi-misi pengkristenan.

Dalam menanggapi kekhawatiran ini, MUI Sumbar mengambil sikap pencegahan dini, dengan melakukan usaha penolakan rencana pembangunan blok Siloam sebelum benar-benar terlaksana. Masalahnya kini adalah, rencana itu terlanjur disetujui Wali Kota Padang saat itu Fauzi Bahar yang memiliki pandangan berbeda. Maka salah satu langkah yang dilakukan MUI Sumbar dalam menyikapi masalah ini adalah dengan melayangkan surat ke DPRD Kota Padang dan Pemerintah Kota Padang pada Bulan Juni 2013 tentang sikap tegas penolakan rencana pembangunan super blok Siloam yang telah menimbulkan keresahan masyarakat.

Persoalan keumatan ini sempat menimbulkan gaduh berupa demo massa dan perselisihan antar pejabat Pemda. Selain itu pihak Siloam pun juga berusaha keras untuk mewujudkan rencana mereka, termasuk dengan kesediaan mengganti nama lain selain nama Siloam. Sehingga setelah berlarut-larut selama berminggu-minggu, perjuangan MUI bersama umat dan lembaga sosial dan adat akhirnya membuahkan hasil. Rencana pembangunan superblock itupun ditiadakan. Di masa Buya Syamsul Bahri Khatib tersebut yang jadi ketua Komisi Fatwa adalah Buya Gusrizal Gazahar Dt Palimo Basa yang kini menjadi Ketum MUI Sumbar.

Penulis ingin menegaskan perjuangan ummat yang digawangi MUI dan Ormas Islam serta lembaga adat dalam menolak pembangunan super blok siloam berhasil. Peristiwa ini ditulis dalam sejarah bahwa Sumbar menolak Super Blok Siloam. (RI)

Sumber: Rahmat Ilahi (Kang Rie)




Lainnya :

 
KETUM MUI SUMBAR
BERITA
MUI SUMATERA BARAT KONTAK KAMI ALAMAT
Situs Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Barat.

facebook twitter
 
Komplek Masjid Agung Nurul Iman, Jalan Imam Bonjol, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar)
 
telp
(0751) 811599
(0751) 8956213
email
muisumbar95@gmail.com
lppom.muisumbar@gmail.com