Peletakan Batu Pertama Kantor MUI Sumbar, Buya Gusrizal: Ulama Harus Dekat dengan Masjid dan Umat
Jumat, 16 Mei 2025
MUISUMBAR.or.id, PADANG — Dalam suasana penuh kekhidmatan, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Barat, Buya Dr. H. Gusrizal Gazahar, Lc., MA., menyampaikan pidato menyentuh pada momen peletakan batu pertama pembangunan Kantor MUI Sumbar yang berlokasi di Kompleks Masjid Raya Sumatera Barat Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Jumat (16/5/2025). Buya Gusrizal menegaskan bahwa ulama sejati tidak boleh jauh dari masjid dan umat, sebagaimana teladan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam membangun peradaban Islam yang berpusat dari masjid sebagai pusat ibadah dan kebangkitan umat. Prosesi peletakan batu pertama ini berlangsung penuh makna dan dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat, unsur Forkopimda, para ulama, ninik mamak, pimpinan lembaga vertikal, serta masyarakat dari berbagai lapisan. Dalam sambutannya, Buya mengisahkan dinamika perjalanan MUI Sumbar yang selama ini belum memiliki kantor tetap. “Kita pernah berkantor di samping Masjid Nurul Iman, lalu pindah ke eks Kantor Departemen Penerangan, dan kembali lagi ke Nurul Iman. Kini, alhamdulillah, kita akan membangun kantor permanen di kawasan Masjid Raya,” ungkapnya. Buya pun mengaitkan momentum ini dengan kisah hijrah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam ke Madinah. Ketika unta Nabi berhenti di tanah milik Bani Najjar, beliau bersabda, “Huna in sya Allahul manzil”—“Di sinilah insyaAllah tempat menetap.” Di tempat itu kemudian didirikan Masjid Nabawi dan rumah Rasul. “Ini menjadi pelajaran penting bagi kita: ulama harus berdekatan dengan masjid. Di sanalah tempat mereka mengabdi dan membimbing umat,” tegas Buya. Dalam pidatonya yang sarat nuansa ruhani, Buya mengutip doa Nabi Nuh dalam QS. Al-Muminun ayat 29: “Rabbi anzilni munzalan mubārakan wa anta khairul munzilin”—“Ya Tuhanku, tempatkanlah aku di tempat yang diberkahi dan Engkaulah sebaik-baik pemberi tempat menetap.” Doa ini, lanjut Buya, menjadi harapan agar kantor baru ini membawa keberkahan dalam perjuangan dakwah dan pengabdian kepada umat dan bangsa. Buya juga menegaskan bahwa peran ulama tak mengenal batas usia. “Ulama tidak pernah pensiun. Meskipun fisik tak selalu hadir, tetapi ilmu dan hatinya harus senantiasa bersama umat. Kalimat tauhid yang dibisikkan sejak lahir, harus terus diperjuangkan hingga ajal tiba,” ucapnya dengan suara penuh haru. Ia pun menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh pihak yang berkontribusi dalam proses panjang mewujudkan pembangunan kantor ini. Buya menegaskan bahwa MUI akan terus berperan sebagai shadiqul hukumah—mitra pemerintah yang kritis, jujur, dan setia pada kebenaran. “Sahabat sejati bukanlah yang selalu membenarkan, tetapi yang selalu menyuarakan kebenaran,” tegasnya. Acara ditutup dengan doa penuh harapan agar Kantor MUI yang baru ini menjadi pusat lahirnya gagasan, fatwa, dan gerakan moral Islam yang membimbing umat serta menanamkan nilai-nilai kebajikan di Ranah Minang. Peletakan batu pertama ini bukan sekadar simbol pembangunan fisik, melainkan menjadi titik awal peran strategis ulama Sumatera Barat di jantung kehidupan umat—berdampingan dengan masjid, menyinari masyarakat dengan ilmu, hikmah, dan keteladanan. Sumber: Kangrie
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Lainnya :