MUI Sumbar Bangun Kantor Permanen Rp24 Miliar, Simbol Konsolidasi Dakwah dan Kemitraan Strategis
Jumat, 27 Juni 2025
MUISUMBAR.or.id, PADANG — Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Barat, Dr. H. Gusrizal Gazahar, Lc., M.Ag., meninjau langsung progres pembangunan kantor baru MUI Sumbar yang berlokasi di kawasan Masjid Raya Sumbar, Jalan Khatib Sulaiman, Padang, Selasa (24/6/2025). Proyek strategis senilai Rp24 miliar ini ditargetkan rampung Desember 2025. Didampingi jajaran pengurus harian, Gusrizal menyebut kantor lima lantai tersebut bukan sekadar fasilitas fisik, melainkan representasi konsolidasi pelayanan keumatan, pusat fatwa, literasi Islam, serta simbol kedekatan ulama dengan masjid. “Insya Allah selesai sebelum Musda MUI akhir tahun. Ini adalah titik awal penguatan peran ulama dalam dakwah dan pengabdian,” ujarnya. Pembangunan kantor tetap menjadi tonggak penting setelah puluhan tahun MUI Sumbar berpindah tempat. “Dulu kita berpindah-pindah: dari samping Masjid Nurul Iman ke eks Kantor Penerangan, lalu kembali lagi. Sekarang, kita membangun pusat permanen di jantung keagamaan Sumbar,” ujar Gusrizal, seraya mengaitkan proses ini dengan hijrah Nabi Muhammad ke Madinah. Gusrizal mengutip sabda Rasul saat unta beliau berhenti di lahan Bani Najjar: “Huna in sya Allāhul manzil”—“Di sinilah insya Allah tempat menetap.” Lokasi itu kemudian menjadi tapak Masjid Nabawi dan pusat peradaban Islam. “Begitulah ulama—harus dekat dengan masjid, mengabdi, membina, dan membimbing umat,” tegasnya. Proyek ini didanai melalui APBD Sumbar, dengan peletakan batu pertama dilakukan Gubernur H. Mahyeldi Ansharullah pada 16 Mei 2025. Gedung dirancang sebagai pusat integrasi pelayanan fatwa, konsultasi keagamaan, pusat data Islam, hingga ruang literasi umat. Posisinya yang berdampingan dengan Masjid Raya diharapkan menjadi episentrum moral umat Islam Minangkabau. Buya menyampaikan apresiasi kepada seluruh pemangku kepentingan: Pemprov, DPRD, tokoh masyarakat, dan para teknisi di lapangan. Ia menegaskan peran MUI sebagai shadiqul ḥukumah—mitra pemerintah yang kritis, jujur, dan konsisten pada nilai-nilai kebenaran. "Sahabat sejati bukanlah yang membenarkan setiap keputusan, tapi yang menyuarakan kebenaran dalam setiap keadaan,” katanya. Menutup tinjauan, Buya mengutip doa Nabi Nuh dalam QS. Al-Muminun: 29: Ia menegaskan bahwa ulama tidak mengenal kata pensiun: “Ilmu dan keteladanan mereka harus selalu bersama umat. Kalimat tauhid yang dibisikkan saat lahir, harus diperjuangkan hingga akhir hayat,” ucapnya haru. Gedung baru ini, menurut Buya Gusrizal, bukan hanya pusat administrasi, tapi ruang lahirnya gagasan, fatwa, dan gerakan keislaman yang mencerdaskan serta menyinari Ranah Minang dengan hikmah dan akhlak. Sumber: Kangrie
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Lainnya :